
MALANG – Mantan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Imam Muslimin, secara terbuka meminta Rektor Universitas Brawijaya (UB), Prof. Widodo, untuk memecat tetangganya, Nurul Sahara, dari status mahasiswa Program Doktor (S3) di kampus tersebut. Desakan ini disampaikan Imam melalui unggahan video di akun Instagramnya, @muhammad_imam_muslimim, pada Kamis (25/9/2025).
Dalam video yang telah dilihat oleh detikJatim, Imam Muslimin menyatakan bahwa penyebaran video dirinya oleh Sahara melalui akun TikTok “Sahara_vibesssss” menjadi penyebab utama pemberhentiannya sebagai dosen di UIN Malang.
“Assalamulaikum Pak Rektor, Profesor Widodo, lama tidak ketemu. Begini, Prof, dengan video saya yang beredar dan disebarkan oleh salah satu mahasiswa Bapak, Nurul Sahara, dampaknya saya dipecat sebagai dosen UIN Malang,” ujarnya.
Imam kemudian meminta keadilan dan tindakan tegas. “Saya mohon keadilan Prof Widodo, agar mahasiswa Bapak ini bisa dibina oleh UB. Saya minta Nurul Sahara untuk dipecat dan diberhentikan dari Program Doktor S-3 di UB,” tegasnya. Ia menambahkan, keputusan akhir diserahkan kepada rektor, sambil menyebut bahwa dampak dari insiden ini juga membuatnya diperiksa oleh Irjen Kementerian Agama RI.
Belum Ada Tanggapan Resmi dari UB
Menanggapi desakan tersebut, Humas UB melalui Kepala Sub Divisi Humas, Tri Wahyu Basuki, menyatakan bahwa pihaknya belum dapat memberikan komentar. “Terkait itu, belum bisa memberikan komentar, karena menunggu keputusan dari pimpinan,” ujar Tri Wahyu saat dikonfirmasi, Kamis (25/9).
Konflik Berawal dari Cekcok dan Video Viral
Konflik antara Imam Muslimin dan Sahara telah berlangsung beberapa waktu. Sebelumnya, Imam Muslimin telah dinonaktifkan dari posisi dosen di UIN Malang. Pemberhentian ini merupakan buntut dari cekcok dengan tetangganya itu yang memuncak dengan aksi Imam berguling-guling di jalan, yang kemudian diabadikan dan diviralkan melalui media sosial.
Insiden tersebut telah memicu berbagai gelombang reaksi, termasuk laporan ke kepolisian dan mediasi yang dilaporkan gagal. Kini, konflik yang awalnya bersifat personal di tingkat lingkungan tersebut telah berkembang menjadi permasalahan yang menuntut institusi pendidikan untuk mengambil sikap.